5 Alasan Mengapa Harus Menonton Film 'Frozen'
Posted by : Dhino Alexander A. Monday, December 2, 2013

Frozen_1 photo frozen_2013_movie_logo_wallpaper-1366x768_zps7edf803a.jpg 

“Frozen” (2013) adalah film animasi dari studio besar Hollywood yang dirilis terakhir di tahun ini. Untungnya, meski beberapa film animasi seperti “Epic”, “Turbo”, “Free Birds”, “Planes”, dan “Cloudy with a Chance of Meatballs 2” terasa kurang memuaskan, sebagai film animasi pamungkas tahun 2013, “Frozen” adalah film penutup yang cemerlang.

Film yang disutradarai oleh Chris Buck (“Tarzan”, “Surf’s Up”) dan Jennifer Lee (“Wreck-It Ralph”) ini bercerita mengenai dua saudari bernama Anna (Kristen Bell) dan Elsa (Idina Menzel) yang sangat dekat meski punya kepribadian yang bertolak belakang. Akibat trauma semasa kecil, Elsa yang memiliki kekuatan mengontrol salju memutuskan untuk menutup diri demi melindungi orang-orang yang dikasihinya dari malapetaka. Tetapi, ketika bencana sudah tak dapat dihindarkan, apakah Anna dan Elsa dapat membuktikan bahwa cinta dan pengorbanan dua saudari ini dapat mengatasi semuanya?


Frozen_2 photo frozen_2013_movie-2048x1536_zps862277b6.jpg



Meski merupakan film animasi musikal, “Frozen” tak hanya cocok ditonton anak-anak. Orang dewasa yang familiar dengan film-film animasi musikal Disney juga dapat menikmati suguhan penuh humor ini. Tapi, bila Anda belum yakin untuk menyaksikan “Frozen” minggu ini, simak dulu rekomendasi kami. Berikut adalah lima alasan menonton film “Frozen”:

1. Kebangkitan Walt Disney Animation Studios
Tak ada yang pernah memprediksi bahwa Walt Disney Animation Studios akan pernah menyamai atau melampaui Pixar. Tetapi, faktanya dalam waktu tiga tahun, Pixar yang menelurkan “Cars 2” (2011), “Brave” (2012), dan “Monsters University” (2013) justru menerima lebih banyak kritikan. Sebaliknya, Disney justru kembali meraih kepercayaan penonton dengan “Tangled” (2010) dan “Wreck-It Ralph” (2012) yang punya banyak penggemar.

Setelah masa kebangkitan Disney di tahun ‘90-an melalui film-film seperti “Little Mermaid” (1989), “Beauty and the Beast” (1991), serta “The Lion King” (1994), bisa dibilang bahwa sekarang adalah masa kebangkitan kembali dari studio animasi ini. Yang menarik, Disney justru membangun kembali nama besarnya dengan kembali ke akar, menyajikan film-film dongeng musikal yang hangat.


Frozen_ photo ca1f5d3d-cba2-400f-a6f6-24f9b84075e4_Frozen-Olaf_zps48e76332.jpg


Melalui “Tangled”, dan kini “Frozen”, studio animasi ini membuktikan bahwa putri-putri Disney masih punya tempat di hati penonton. Selain itu, definisi ulang dari konsep penjahat yang telah dilakukan oleh Disney bagi Wreck-It Ralph juga dapat Anda temukan dalam Elsa sang Ratu Salju. Dengan cerita yang lebih menarik dan karakter-karakter yang berwarna, sulit rasanya untuk tidak antuasias menunggu film-film berikutnya yang akan dihasilkan Disney. Halo, “Big Hero 6” (2014)!


2. Dongeng Dua Saudari
Frozen_4 photo 7cc1f69c-0eee-4549-ba88-f1beda4e8445_Frozen-Elsa_zpse1f51c02.jpg


“The Snow Queen” karya Hans Christian Andersen yang dijadikan sebagai inspirasi film “Frozen” punya inti cerita mengenai seorang gadis kecil yang mencoba menyelamatkan anak laki-laki yang disayanginya. Namun, meski kisah percintaan sering menjadi fokus utama dari banyak film Disney, “Frozen” justru mengupas mengenai jalinan kasih sayang yang kuat antara dua saudari.

Tentu saja, selain kakak beradik Anna dan Elsa, ada juga sosok Pangeran Hans (Santino Fontana) dan Kristoff (Jonathan Groff) yang membuka percabangan plot dengan kisah percintaan. Tetapi, sejak awal kita dapat melihat bahwa sang penulis naskah, Jennifer Lee, sangat fokus pada pergulatan batin sang putri periang dengan kakaknya yang berkedudukan sebagai ratu dan menyimpan rahasia besar di balik perilakunya yang dingin.

Dengan demikian, “Frozen” menawarkan sudut pandang modern yang juga telah dimulai oleh “Tangled”. Putri-putri Disney tak lagi hanya jadi pihak pasif yang menunggu pertolongan pangeran tampan untuk menyelamatkannya berulang kali. Justru, dengan kekuatan dari dalam dan luar dirinya, para putri (dan ratu) Disney bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Selain itu, twist yang dihadirkan juga berhasil memutarbalikkan formula yang dimiliki Disney sendiri, dan ini membuat “Frozen” menjadi salah satu film dengan karakter wanita paling progresif yang pernah diproduksi studio ini.

3. Musik dan Lirik
Disney telah memberikan sederetan film animasi musikal terbaik yang pernah dibuat. Melalui “Frozen”, Disney pun kembali membuat penonton terkesan dengan serangkaian lagu yang mudah diingat dan mengundang Anda untuk bernyanyi bersama. Yang lebih istimewa, tentu saja adalah karena semua pengisi suaranya memberikan performa memuaskan – apalagi karena keempat pengisi suara utamanya merupakan veteran Broadway.

Lagu-lagu dalam film “Frozen” dibuat oleh pasangan Kristen Anderson-Lopez dan Robert Lopez, dengan score dari Christophe Beck. Duet musik dan lirik dari Lopez melengkapi film animasi ini dengan lagu-lagu yang punya jangkauan emosi luas. Lagu-lagu jenaka seperti “Reindeers are Better than People” yang dinyanyikan Jonathan Groff serta “In Summer” dari Josh Gad yang komikal terasa sangat lucu. Sementara itu, lagu tema Anna yang dinyanyikan Kristen Bell, “For the First Time in Forever”, memperkenalkan karakter sang putri yang optimis dengan sangat pas, sekaligus membuka pintu ke dalam hatinya yang kesepian akibat putusnya koneksi emosi dengan sang kakak.


Dalam lagu utamanya, Idina Menzel membawakan “Let It Go” yang menggetarkan karena ditampilkan di titik terendah dalam hidup Elsa. Suara Menzel yang kuat sanggup mengangkat “Let It Go” menjadi sebuah refleksi akan masa lalu sekaligus awal kebangkitan seorang ratu dengan kekuatan yang luar biasa. Bila Anda hanya pernah mendengar “Let It Go” versi Demi Lovato, Anda perlu mendengar versi Menzel yang jauh lebih emosional.

4. 3D
Frozen_5 photo 57453328-27d1-4dc6-8fd8-4e309dc7e28e_Frozen-Group_zpsaf447fba.jpg

Dengan film animasi berlatar lanskap bersalju, tentu pertanyaannya adalah bagaimana penggunaan 3D dapat menghidupkan butiran-butiran es yang beterbangan di udara. Apakah 3D dalam film “Frozen” merupakan elemen komplementer yang membuat kerajaan Arendelle serta gunung-gunung esnya menjadi lebih hidup? Jawabannya adalah: ya!

Kedalaman gambar dalam film “Frozen” cukup dieksplorasi dalam format 3D. Sementara itu, bagian yang paling mudah diamati adalah bagaimana obyek-obyek seperti salju dan hembusan angin tampak hidup di dalam bingkai gambarnya. Meski demikian, tak banyak obyek-obyek yang dirancang untuk loncat keluar dari bingkai gambarnya. Tetapi, ini tak masalah karena “Frozen” memang lebih mengandalkan ceritanya daripada gimmick 3D. Namun, bila pengalaman 3D mengesankan adalah apa yang Anda cari dari film ini, film animasi pendek yang ada di awal filmnya sudah memberi cukup justifikasi kenapa Anda wajib menyaksikan “Frozen” dalam format 3D.

5. Get a Horse

“Get a Horse", film pendek yang diputar di awal "Froze", memang tidak seperti “Paperman” yang berhasil merebut hati banyak penonton ketika diputar di depan film “Wreck-It Ralph”. Tetapi, “Get a Horse” yang menampilkan Mickey dan Minnie Mouse unggul dari segi nostalgia, dan tentu saja 3D. Bila Anda penggemar 3D yang merasa bahwa obyek-obyek wajib loncat keluar dari layar, Anda pasti akan merasa puas dengan film pendek ini. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, “Get a Horse” memang adalah salah satu film animasi pendek dengan penggunaan 3D terbaik. Karena itu, jangan lupa saksikan filmnya di bioskop mulai tanggal 29 November ini.


SUMBER

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Like On Facebook

Follow on Tiwtter

Pengikut Blog

Artikel Terpopuler

Powered by Blogger.

Visitors

- Copyright © Songoware - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -